Depok, Koran Investigasi
Masih dalam
rangka ulang tahun kota Depok yang ke-17 (jatuh pada 27 April), pemilik lembaga
"Betawi Ngoempoel" tidak ketinggalan mengadakan gelar seni budaya
Depok yang diadakan pada Sabtu (14/5/2016) bertempat di Jl. Tanah Baru Depok.
Ditemui secara khusus oleh media ini Ir. H. Nuroji, selaku pemilik lembaga "Betawi
Ngoempoel", ia juga wakil ketua anggota DPR RI di komisi X bidang
Kebudayaan dan Pariwisata, dan sebagai Bendahara Gerindra Pusat, bercerita
tentang seni budaya yang ada di kota Depok ini.
Menurut
Nuroji, kegiatannya rutin setiap tahun dibuat, karena ia punya perkumpulan
sanggar dibawah naungan lembaga pelestarian adat atau seni tradisi. "Saya
punya lembaga namanya " Betawi ngoempoel", dibawahnya ini ada
beberapa sanggar seni kebanyakan pencak silat, gambang keromong, wayang kulit,
lenong sekitar 15 sanggar secara rutin saya kasih tempat dan fasilitas, tempat
penampilan, bersama pengisi acara dan tahun ini kita lakukan pada bulan
Mei," terang Nuroji.
Pengakuan
Nuroji, "Betawi Ngoempoel" ini dibentuk sejak tahun 2013. Pada gelar
seni budaya itu diisi dengan acara pameran seni rupa, lomba mewarnai, kuliner
pun ada yaitu makanan jadul seperti dodol, bir pletok, laksa, es selendang
mayang, semua yang kaitannya dengan seni budaya. "Kenapa saya ambil lomba
qosidah? Karena ini sangat merakyat tidak terlalu rumit dan alatnya juga tidak
banyak. Banyak sekali grup qosidah ada lenong gambang keromong nanti ditutup
dengan wayang kulit semalam suntuk", jelas Nuroji lagi.
Tentang
kesenian Depok sudah lama Nuroji mengamati tidak ada kegiatan sejak jaman
Walikota Badrul Kamal. Terakhir kalinya Nuroji mendengar pimpinan ketua yang
lama ini sama sekali tidak ada kegiatan. Dan menurutnya ada kendala di dalam
kepemimpinan, sudah satu setengah tahun tidak pernah ada rapat. "Saya
tanya setempel pun tidak ada, semua menyalahkan ketua umum, karena bagaimanapun
pimpinan yang bertanggung jawab yang terakhir itu, mungkin ada konflik antara
pimpinan dan bawahan. Bawahan merasa pimpinan tidak bisa bergerak tidak bisa
memandu mereka," ketus Nuroji mantan wartawan itu sedikit geram.
Lebih lanjut
Nuroji menegaskan, bahwa upaya pengadaan sarana itu tanggung jawab Pemkot,
Nuroji mengakui ia telah mengusulkan kepada Walikota yang baru ini agar gedung
kesenian dibuat, dan sudah direspon, dan ada rencana bertempat di GDC (Grand
Depok Center). "Itu adalah kewenangan kota, kalau saya tidak mampu
membangun itu kan mahal milyaran kalau saya mampu seperti ini, inilah properti
saya kalau digunakan untuk kesenian sudah rutin. Tiap tahun bisa dua kali
bahkan tiap Minggu ada yang latihan," pungkas Nuroji.
Ir. H.
Nuroji berencana akan buat industri pariwisata dengan memadukan budaya Depok.
Kalau tanya ke dinas, tentu saja jawabnya pasti tidak ada. Sanggar kesenian
yang mereka kenal hanya dua yaitu Ayodya Pala dan di Cilodong. "Kita-kita
ini tidak diperhatikan dan tidak mau tahu, saat ultah Depok kemarin kita tidak
diundang, ada permainan dikira ada anggaran. Saya kasih sanggar tampil agar
tidak dibayar tidak dikasih, pak wali saya maki-maki kenapa bapak buat acara
tidak undang saya, maaf pak saya lupa jawabnya," ungkap Nuroji yang juga
politisi Gerindra.
Ternyata
Nuroji, sedang menyimpan rasa kesal untuk ikut pameran kuliner dan minta stan
tidak diberikan. Akhirnya Walikota marah juga dengan dinas birokrat. "Saya
bodo amat ada Pemkot atau tidak ada DKD atau tidak saya jalan terus saya tidak
punya target jadi apa-apa, jujur saja saya diminta temen-temen mendobrak mereka
birokrat birokrat yang tidak mengerti seni budaya ini. Jadi jangan pikir seni
itu panggung dangdut, dangdut itu hiburan. Seni itu luas, bukan seni panggung
dangdut. Pemerintah kota tahunya itu saja, dinas seni budaya tidak mengerti
diajak bersama tidak mau saya mau balance ditolak," ungkap Nuroji.
Kekesalan
Nuroji bertambah saat Walikota Depok, Idris Abdul Shomad tidak hadir.
Sebelumnya sudah diundang, lewat pesan singkat pun tidak ada jawaban.
"Iya, dia ga datang dan tidak ngurus wakil, dan tidak ada penjelasan, itu
tandanya dia tidak menghargai saya dan juga seniman seniman. Harapan saya ke
depan saya punya komitmen dengan seni senang apalagi seni budaya. Lihat saja
ruangan saya nuansa seperti ini. Ada DKD atau tidak saya jalan terus dan tidak
punya target apa-apa karena senan Komitmen saya jagain saja, terutama yang
tradisi dan tradisi itu artinya bisa dilestarikan dan dikembangkan," tutur
Nuroji bernada kesal. (Karmila)
0 comments:
Post a Comment