Lola Amaria Yang Penting Berkarya
Jakarta,
Koran Investigasi
Sekalipun film-film yang disutradarainya lom diburu penikmat film Indonesia, sehingga film besutan Lola Amaria raihan penontonnya minim tapi kenyataan itu tidak membuat Lola patah arang. Ia terus berkarya, di industri film Tanah air.
Sekalipun film-film yang disutradarainya lom diburu penikmat film Indonesia, sehingga film besutan Lola Amaria raihan penontonnya minim tapi kenyataan itu tidak membuat Lola patah arang. Ia terus berkarya, di industri film Tanah air.
"Sebagai sutradara buat saya yang terpenting terus berkarya dan
menujukan eksistensi. Soal penonton saya serahkan ke masyarakat," ujar
Lola saat bincang dengan awak media belum lama ini.
Sutradara
film ‘Betina’ (2006), ‘Minggu Pagi di Victoria Park’ (2010), ‘Sanubari Jakarta’
(2012), ‘Jingga’ (2016) dan kini yang terbaru berjudul ‘Labuan Hati’ ini
menambahkan. "Saya berkarya tidak berpatokan pada penonton tapi
lebih membuat sebuah karya yang bisa dinikmati dan menghibur banyak orang. Nggak
munafik, film saya juga kepingin ditonton banyak orang. Tapi semua itu saya
serahkan kepada Tuhan, karena Tuhanlah maha penentu," ujar mantan pacar
Arya Kusumadewa ini.
Lola juga mengatakan menggarap film Labuhan Hati ada tantangan tersendiri
dengan banyaknya adegan di bawah laut. Ia hanya memiliki waktu sekitar 50-60
menit untuk pengambilan gambar karena terbatasnya oksigen di dalam tabung. Oleh
karena itu ia bersama para kru dan pemain harus sudah memiliki konsep yang
matang sebelum pengambilan gambar dibawah air.
"Saat syuting kita memanfaatkan waktu se efektif mungkin, semua itu karena menyangkut oksegin yang terbatas. Sebelum pengambilan gambar, kita briefing satu jam sebelumnya di atas kapal, supaya nggak buang-buang waktu karena di bawah nggak bisa ngomong, kita pakai hand signal,” kata Lola serius.
Gadis kelahiran Jakarta, 30 Juli 1977 itu bercerita bagaimana tokoh Maria yang diperankan oleh Ully dan Mahesa oleh Ramon harus free diving dengan waktu yang singkat, yaitu hanya dua menit. Tapi keduanya tidak dilepas sendirian begitu saja. “Yang syuting di bawah dan masing-masing dari mereka punya safety diver,” jelas mantan kekasih sutradara Arya Kusuma Dewa ini.
Di akui Lola, syuting di bawah Taman Nasional Komodo juga menjadi tantangan sendiri karena memiliki arus yang deras. Termasuk menunggu ikan pari manta muncul dengan sendirinya untuk kebutuhan gambar. Mau tidak mau, ia bersama para kru dan pelakon wajib mengikuti regulasi yang ada agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
“Kesulitannya berhadapan dengan alam, binatang, cuaca, dan arus,” ujar Lola.
Lola pun berharap filmnya bisa menginpirasi banyak orang yang menyaksikan film dengan binyang utama Nadine Chandrawinata, Ramon Y Tungka, Kelly Tandiono dan Ully Triano
“Saya berharap film ini menjadi inspirasi masyarakat untuk berlibur di Indonesia ketimbang di luar negeri. Kalau punya uang, traveling-nya ke Indonesia aja karena Indonesia itu cantik banget.” ujar Lola
Selain itu Lola juga meminta peran serta pemerintah untuk mendukung pariwisata di Indonesia khususnya Labuan Bajo. Ia percaya dengan infrastruktur yang lebih baik dan mudah, akan mendorong wisatawan dalam negeri berkunjung ke Labuan Bajo.
“Untuk pemerintah infrastrukturnya lebih dibenerin lagi terus lebih promosi,” pungkasnya. (Buyil)
"Saat syuting kita memanfaatkan waktu se efektif mungkin, semua itu karena menyangkut oksegin yang terbatas. Sebelum pengambilan gambar, kita briefing satu jam sebelumnya di atas kapal, supaya nggak buang-buang waktu karena di bawah nggak bisa ngomong, kita pakai hand signal,” kata Lola serius.
Gadis kelahiran Jakarta, 30 Juli 1977 itu bercerita bagaimana tokoh Maria yang diperankan oleh Ully dan Mahesa oleh Ramon harus free diving dengan waktu yang singkat, yaitu hanya dua menit. Tapi keduanya tidak dilepas sendirian begitu saja. “Yang syuting di bawah dan masing-masing dari mereka punya safety diver,” jelas mantan kekasih sutradara Arya Kusuma Dewa ini.
Di akui Lola, syuting di bawah Taman Nasional Komodo juga menjadi tantangan sendiri karena memiliki arus yang deras. Termasuk menunggu ikan pari manta muncul dengan sendirinya untuk kebutuhan gambar. Mau tidak mau, ia bersama para kru dan pelakon wajib mengikuti regulasi yang ada agar tidak terjadi suatu hal yang tidak diinginkan.
“Kesulitannya berhadapan dengan alam, binatang, cuaca, dan arus,” ujar Lola.
Lola pun berharap filmnya bisa menginpirasi banyak orang yang menyaksikan film dengan binyang utama Nadine Chandrawinata, Ramon Y Tungka, Kelly Tandiono dan Ully Triano
“Saya berharap film ini menjadi inspirasi masyarakat untuk berlibur di Indonesia ketimbang di luar negeri. Kalau punya uang, traveling-nya ke Indonesia aja karena Indonesia itu cantik banget.” ujar Lola
Selain itu Lola juga meminta peran serta pemerintah untuk mendukung pariwisata di Indonesia khususnya Labuan Bajo. Ia percaya dengan infrastruktur yang lebih baik dan mudah, akan mendorong wisatawan dalam negeri berkunjung ke Labuan Bajo.
“Untuk pemerintah infrastrukturnya lebih dibenerin lagi terus lebih promosi,” pungkasnya. (Buyil)
0 comments:
Post a Comment