Bermodalkan semangat kerja, Djasono memulai usaha jual beli barang bekas untuk
menyambung hidupnya di Jakarta. Djasono
yang kini mencoba keberuntungan hidup dengan mengkoleksi barang-barang bekas
itu, tentu memiliki langkah-langkah jitu, tidak harus hanya yang dimiliki
kemauan saja, Diakui, pria pemberani ini, usahanya, berawal dengan hanya memiliki uang senilai lima juta
rupiah saja. Menurutnya, dengan sejumlah
uang itu, tergolong relatif kecil
atau kata lain berangkat dari
nol, untuk seukuran kota metropolitan,
Jakarta.
Djasono sendiri, sebelum memulai usahanya, pernah
bekerja pada orang lain, namun seiring
dengan waktu, pengalamannya bertambah setiap saat. Paparnya, untuk
itu, ia memulai berpikir bagaimana caranya mandiri, berpisah dari bosnya. Dengan memulai usaha jual beli barang bekas.
Sementara untuk hidup di Jakarta diperlukan biaya tidak sedikit pada setiap harinya, tanggapnya. Awal dimulai, usahanya memang sulit mendapatkan barang bekas, kisahnya. Ternyata ayah tangguh tiga anak ini, tidak mudah menyerah, dan selalu berpikir untuk berpikir lagi menggali potensi diirinya.
Salah satunya, modal pergaulannya selama ini, membuat
banyak teman-teman loyalnya, bisa dimobilisasi kemana saja. Teman-teman dilingkungan tempat
tinggalnya, dibilangan Pulo Gebang, Rawa Bebek, Cakung. Membuat Djasono lebih
mudah dalam menjalankan usaha dibidang yang dilakoninya itu. Kini, ia tidak
lagi susah mendapatkan barang-barang,
Hubungannya dengan teman-teman itu, didasarkan pada saling mendapatkan keuntungan. Sebaliknya juga, dengan informasi dari teman atau rekanan kerja, barangnyapun mudah dijual. “Pokoknya teman di sini, banyak membantu, dalam bertransaksi barang-barang bekas. Saya tidak lagi kesulitan dalam mendapatkan barang atau menjualnya kembali,” tuturnya.
Menurutnya, potensi-potensi tadi itu, membuat perputaran barang semakin lancar. Imbasnya kepada pendapatan sehari-hari Djasono, semakin menikmati keuntungan. Djasono juga banyak bercerita tentang pahit- manisnya, membangun usaha dari nol.
Tak kalah
pentingnya, buat Djasono banyak-banyak bertukar pikiran dengan teman-teman seprofesinya. Sejak tahun 2000 hingga sekarang, usaha tetap
eksis dan menangguk keuntungan setiap hari. Djasono kini telah memiliki anak
buah yan g dipekerjakan. Pegawainya menangani, pekerjaan yang tidak tertangani,
seperti pengangkutan ke pabrik peleburan
logam.
Sekarang Djasono merdeka dari himpitan ekonomi yang
menderahnya, malah banyak di sisihkan dari hasil keuntungannya untuk menabung .
Ia tidak lagi dipusingkan lagi, biaya pendidikan anak-anaknya ke depan, katanya. Didi
WJ/AS
0 comments:
Post a Comment