Monday, 26 December 2016

Kemenpar Target 15 Juta Wisman 2017

Jakarta, Koran Investigasi



Target 15 Juta Wisman pada tahun 2017 bukan perkara mudah untuk mencapainya. Karenanya, Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya menegaskan perlunya program prioritas.
Tiga Program Prioritas yang akan digenjot pada tahun 2017 yakni; digital tourism, homestay (pondok wisata), dan konektivitas udara. Menpar menegaskan, untuk meningkatkan kunjungan wisman secara signifikan digital tourism menjadi strategi yang harus dilakukan untuk merebut pasar global khususnya pada 12 pasar fokus yang tersebar di 26 negara.
Program digital tourism baru-baru ini dimulai dengan meluncurkan ITX (Indonesia Tourism Exchange) yang merupakan digital market place platform dalam ekosistem pariwisata atau pasar digital yang mempertemukan buyers dan sellers dimana nantinya semua travel agent, akomodasi, atraksi dikumpulkan untuk dapat bertransaksi. “Kami berharap triwulan II/2017 sudah operasional 100% dan semua industri pariwisata sudah go digital,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar didampingi Sekretaris Kemenpar Ukus Kuswara dan Pejabat Eselon 1 di lingkungan Kementerian Pariwisata, Ketua Umum Badan Promosi Pariwisata Indonesia (BPPI), serta Ketua Umum GIPI (Gabungan Industri Pariwisata Indonesia) memberikan penjelasan umum tentang kinerja kementerian selama tahun 2016 dan pemaparan program prioritas tahun 2017.
Menpar Arief Yahya menjelaskan, capaian jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) pada Januari hingga Oktober 2016 secara kumulatif sebanyak 9.403.614 wisman atau tumbuh 9,54% dibandingkan periode yang sama tahun 2015 sebanyak 8.584.832 wisman. Diproyeksikan hingga akhir Desember 2016, target 12 juta wisman akan terlampaui, dengan estimasi akan tercapai kunjungan wisman pada November sebesar 1,3 juta wisman dan Desember 1,5 juta wisman.
“Target pada triwulan 4 (Oktober, November, Desember) 2016 sebesar 3,9 juta wisman atau 32,5% dari target 2016. Pada Oktober sudah tercapai 1,040 juta wisman atau tumbuh 18,55%, sedangkan sisanya 2,86 juta optimis akan terlampaui karena dalam tiga bulan tersebut adalah saat peak seasons dan menurut data akan terjadi pertumbuhan tinggi hingga dua digit,” kata Menpar Arief Yahya.
Menpar Arief Yahya menjelaskan lebih jauh, secara garis besar kebijakan dalam mengembangkan kepariwisataan selama tahun 2016 sudah on the track sehingga target pariwisata yang ditetapkan, yakni; kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 11%, devisa yang dihasilkan sebesar Rp 172 triliun dan penyerapan 11,8 juta tenaga kerja (langsung, tidak langsung, dan ikutan); jumlah kunjungan wisman 12 juta dan pergerakan wisatawan nusantara (wisnus) 260 juta optimis akan tercapai. “Capaian kinerja pariwisata tahun 2016 ini semakin menguatkan kita untuk meraih target 2017 hingga 2019,” kata Arief Yahya.
Pemerintah menetapkan target pariwisata 2017 yakni; kontribusi pariwisata terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 13%, devisa yang dihasilkan sebesar Rp 200 triliun, penyerapan tenaga kerja sebanyak 12 juta, jumlah kunjungan wisman 15 juta dan pergerakan wisnus 265 juta, serta indek daya saing (WEF) berada di ranking 40, dari posisi saat ini di ranking 50 dunia, sedangkan target pariwisata 2019 yakni; jumlah kunjungan wisman 20 juta; pergerakan wisnus 275 juta; kontribusi terhadap perekonomian (PDB) nasional sebesar 15%; devisa yang dihasilkan sebesar Rp 280 triliun; penyerapan tenaga kerja sebanyak 12,6 juta; serta indek daya saing (WEF) berada di ranking 30 dunia.
Untuk menunjang target tersebut telah diluncurkan War Room M-17 di Gedung Sapta Pesona, kantor Kemenpar sebagai pusat pemantauan berbasis teknologi digital. Dalam ruang War Room M-17 terdapat 16 layar LED touch screen untuk memantau 4 aktivitas utama yakni: pergerakan angka-angka pemasaran mancanegara dan pemasaran nusantara, tampilan big data berisi keluhan, kritik, saran, dan semua testimoni baik negatif maupun positif. Pusat intelejen ini menampilkan pergerakan wisman dan wisnus secara real time update termasuk data strategi untuk menghadapi kompetitor yakni: Malaysia sebagai common enemy dan Thailand sebagai musuh profesional bagi pariwisata Indonesia. Selain itu ditampilkan pula indikator positif-negatif mengacu pada Travel and Tourism Competitiveness Index (TTCI) World Economic Forum (WEF) sebagai standar global. (Buyil)

0 comments:

Post a Comment

Baca Juga ?

Social Icons