Festival
Sangiang Api Pecahkan Rekor Muri
Bima, Koran Investigasi
Festival Sangiang Api terselenggara Sabtu 22 Agustus
2015 di Villa Wadu Paju, Dusun Tololai, Desa Mawu, Kec Ambalawi, dengan beragam
kegiatan lomba yang di sajikan. Festival dibuka, 05 Agustus 2015, Dimana Siwe Masa
Rimpu Tembe, perempuan berjilbab dan Siwe Manggentu Tembe, wanita berpakaian
sarung, sebagai pengganti celana dan rok panjang di jaman dulu, sarung khas Bima
(Nggoli).
Festival
di ikuti kurang lebih 25 ribu peserta dari gadis dan ibu-ibu, dengan berjalan
kaki maraton 3 km, untuk memecahkan rekor Muri.
20
ribu yang jadi target peserta, ternyata terlampau. Sebelumnya dipecahkan Kab
Dompu, dengan peserta 11 ribu.
Bermacam-macam
kegiatan lomba antara lain, memancing dan memanah ikan di laut, lomba dayung
sampan, renang, Fashio
show berkategori pakaian kerja, dan sekolah tingkat SDN, SMP, SMA, lomba pakaian
adat Bima, lomba pentas seni antara lain, Tari Gunung Sangiang Api, Tari Ndoku,
tari kreasi SMAN Ambalawi, tari kreasi
SDN Tolo Lai, pantun Bima (Kapatu Mbojo), Kareku Kandei, Kasida Rebana, Hadrat,
lomba biola dan lomba gambus, dan kegiatan pameran seperti pameran kain budaya Bima,
kreasi Jompa Rite, kreasi Batok Kelapa, kreasi seni kaligrafi pasir warna-warni,
dan tidak ketinggalan pameran batu akik.
Kegiatan
festival ini di tutup 29 Agustus 2015 Sabtu malam, yang di ikuti 500 stand peserta. Lomba fashion show dam
pentas seni, untuk cabang pentas seni sebanyak 39 orang mendapatkan juara 1, 2, dan 3, dari 70 orang
peserta.
Ihsan
dan Julfida sebagai MC, dalam keterangannya bahwa, setiap peserta lomba di
wajibkan memakai Pakaian Adat Bima. Dari kegiatan ini, tercatat antara 3-5 ribu
orang pada setiap malam datang berkunjung, dan diharapkan kata Ihsan, kegiatan ini bisa jadi kalender
tahunan. “Semoga pelaksanaan festival ini berkelanjutan dan di laksanakan lagi
pada tahun depan,” Harap Julfida.
Ketua
panitia festival Muhtar SH, “Saya bersyukur, dengan terselenggaranya kegiatan
ini, karena dukungan besar dari pemerintah yang sangat luar biasa, begitupun dukungan
dari masyarakat, dan berharap agar kegiatan ini bisa di laksanakan setiap tahunnya.
Di jadikan tradisi budaya Bima, bertujuan untuk memperkenalkan adat budaya
daerah Bima pada masyarakat luas, baik lokal, nasional maupun ke manca negara,”
Harap Muhtar.
Senada
dengan Linda, Manager Villa Wadu Paju, bahwa kalau masalah meningkatnya
pendapatan, biasa saja dikejar. Namun yang lebih penting adalah momentumnya supaya pariwisata di Wilayah
Bima Utara ini, bisa di kenal, di Kab Bima, nasional bahkan di dunia jika
perlu. “Karena di sini, punya tempat pariwisata yang sangat menarik, perlu kita
kembangkan informasinya. Dan akhirnya tentu ada potensi ekonomi di bidang ini,”
Kata Linda dengan sangat yakin bisa didorong pertumbuhan ekonomi Bima dari sektor
wisata. (Edy Mulyadin)
0 comments:
Post a Comment