Monday 12 May 2014

Perang Limbah Industri Di-Kelurahan Parangloe

Makassar, Koran Investigasi


Keberhasilan pembangunan di KelurahanParangloe, KecamatanTamanlanrea, berkat dukungan dari  semua lapisan masyarakat. Diakui, H. AbdRahman, SE, Ketua LPM KelurahanParangloe, juga turut andil organisasi kemasyarakatan, seperti kelompok tani, perkumpulan ibu-ibu olahraga senam, majelis taklim, lembaga pendidikan, RT, dan RW serta paguyuban lainnya yang ada di tengah-tengah warga Parangloe, bahu membahu dengan bentuk konkrit bergotong royong mendorong  perkembangan pembangunan di daerahnya. Hal ini terungkap lewat Musrembang tingkat Kelurahan Parangloe, yang dilaksanakan di ruang TK Islam Cempaka Jln Bontoa Raya No. 47 A Kelurahan ParangloeSelasa,  Februari 2014
.

Pembangunan lewat swadaya masyarakat yang berhasil dihimpun dana dari berbagai komponen masyarakat, tercatat di laporan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat sebanyak Rp 937.950.000,-(Sembilan ratus tiga puluh tujuh juta sembilan ratus lima puluh ribu rupiah), untuk periode pembangunan 2013. Menurut Robert dan rekannya yang mewakili dari Bapeda sebagai tenaga pendamping di KecamatanTamalanrea, Kota Makassar, sungguh merupakan capaian yang sangat luar biasa, katanya.
Dari  data LPM pada triwulan I  hingga triwulan IV  menunjukkan nilai nominal tahun buku 2013 berfluktuasi, namun memberikan sinyal positif, dimana peningkatan pembangunan secara nyata dirasakan warga. Lihat saja katanya, pembangunan masjid, perbaikan setiap lorong dengan menggunakan paving block, pembuatan sumur umum, pengadaan lahan untuk pembangunan gedung baru “Baruga Sejahtera”, dan masih banyak lagi yang belum di sebutkan satu persatu.
“Masih banyak yang belum dicatatkan oleh kami, ada beberapa sumbangan yang sifatnya langsung

Penggunaannya di lapangan. Bantuan spontan, baik berupa barang maupun bentuk uang.Seperti pak lurah, pernah dimintakan Rp 100 ribu,” ungkap H. Abd  Rahman, SE saat memimpin Musrembang. Musyawarah Pembangunan Desa/Kelurahan (Musrembang) Tingkat Kelurahan Parangloe Kecamatan Tamalanrea Kota Makassar Tahun 2014 ini, bertujuan merumuskan kesepakatan dan kesepahaman dalam mengambil langkah pembangunan kedepan di Kelurahan Parangloe, untuk tahun 2015  nanti.

“Jangka pendeknya,  Jl. Ir  Sutami kiri-kanan jalan tol,  perlu perbaikan secepatnya, karena sudah banyak rusak parah, sehingga seringkali terjadi ada mobil terperosok ke dalam lubang besar, seperti kubangan kerbau jika di saat musim hujan,” jelas mengarahkan para peserta musrembang, yang turut hadir Lurah Parangloe H. Muh Amin SSos, Kapolsek Tamalanrea, Babinsa, dan beberapa pegawai negeri di lingkup Kec. Tamalanrea.


Pencemaran Lingkungan Di Parangloe
Dalam musrembang itu, terdapat beberapa usulan antaranya kelompok tani, dimana mereka mengusulkan agar pihak industri jangan membuang limbahnya sembarangan, sebelum diendapkan dan diolah kembali menjadi air bersih. Mereka mewanti-wanti dalam musrembang, jika diabaikan akan melakukan demo besar-besaran kembali, seperti yang pernah dilakukan pada Agustus dan September 2013 lalu.
Sementara Muh Rais, Kelompok Tani Pumbakti saat di temui di luar musrembang, mengiyakan ada beberapa kelompok tani yang menganggap pihak industri sudah melampaui ambang batas kewajaran, sehingga mengisyaratkan petani akan bergerak menutup kembali saluran pembuangan limbahnya. Bayangkan katanya, jika pemakaian air oleh pabrik ini sekitar 5000 kubik perhari, dan mencemari areal pertaniannya. Kejadian itu selalu saja berulang, jika musim hujan limbah bercampur dengan air, berwarna hitam dan berbau sangat menyengat hidung.
Menurut Rais lagi, ada cara-cara mereka para industrri di Parangloe untuk menghindari konflik berkepanjangan dengan petani, yakni dengan penguasaan lahan petani, selain tujuannya perluasan lokasi pabrik. Hal semacam ini, sangat merugikan masyarakat petani, karena uang dipegang  petani, hanya sementara sifatnya.


Dalam perjalanannya, PT. Makassar Tene yang banyak mendatangkan gula stengah jadi untuk diproses menjadi gula jadi, PT. Cahaya Cemerlang memproduksi rumput laut, dengan pembersihan lewat proses penggunaan gas klorida dan batu bara, sedangkan KTC ditengerai dalam melakukan proses produksi, memakai pestisida dan solar. Dalam proses produksi ini, ternyata turut andil besar dalam pencemaran lingkungan, karena pengelolaan limbahnya tidak standar. Akhirnya beberapa kali rakyat mengadakan unjuk rasa, tak jarang berujung anarkis yang turut dimediasi oleh aparat pemerintah dan keamanan. “Mulanya Industri ini, utamanya Makassar Tenne berjanji akan menggantikan kerugian petani sebesar modal atau benih yang ditaburkan ditambahkan lagi 50% nya, untuk biaya operasionalnya. Ternyata mereka ingkar dari pernyataannya kepada petani,” jelas Rais menggebu – gebu sambil menunjukkan lokasi tambaknya 8 hektar yang pernah mengalami kerugian akibat keracunan bahan kimia.
Saat dikonfirmasi Risman Darwis Asisten Facility Manager PT. Parangloe Indah, sebagai korporasi Makassar   Tene, ternyata tidak tahu menahu soal pernyataan manajemen Makassar Tene, sebab memang sebenarnya terpisah struktur organisasinya, katanya. “Soal janji Makassar Tene kepada warga, tanya langsung ke Makassar Tene,” jelasnya ketika disambangi di ruang kantornya.
PT. Parangloe Indah, hanya menyangkut kebijakan pengawasan dalam kawasan, seperti jika buruknya kondisi lingkungan termasuk kebersihan dan keamanan, serta kenyamanan, tambahnya. Dengan kejadian seperti ini, maka kebijakan Parangloe Indah akan mengeluarkan teguran tiga kali, dan akan diikuti sanksi administrasi.

Sementara Koran Investigasi bekali-kali mendatangi pihak Makassar Tene tidak ada yang bersedia menerima, untuk dimintai keterangannya. Berulang-ulang pihak satpam menelepon ke pihak manajemen, tapi selalu menghindar, dirut berada di Jakarta, sedangkan  manajernya pulang kampung untuk merayakan Imlek, katanya. Menurut Sudirman security Makassar Tene, I Nyoman sebagai HRD yang juga berwenang memberikan penjelasan tidak pernah ada di tempat. Ketika dimintai kesediaannya, hanya dia berpesan lagi ada di Hotel Sahid, meeting lah, cutilah, dan pulanglah dan sebagainya.“Sebaiknya, kita datang lain kali saja, atau telpon dulu sebelum datang,”  ungkapnya.
Hal serupa juga terjadi pada KTC (Pabrik Kayu Lapis), dan PT Cahaya Cemerlang, sama-sama manajemennya bungkam  seribu bahasa, ketika dimintai konfirmasinya, tentang turut andilnya dalam memberikan buruknya lingkungan hidup di Parangloe. Sementara manajemen di tingkat bawah di masing perusahaan tersebut, saling tuding. Katanya, sebelum kehadiran Makassar Tenne, lingkungan Parangloe masih aman-aman saja.

Sedangkan orang-orang Makassar Tenne, balik menuduh  PT Cahaya Cemerlang, memberikan andil besar, dengan mengeluarkan limbah warna hitam yang baunya menyengat di mana-mana. Sedangkan tokoh masyarakat menyoroti ketiga perusahaan itu lalai mengendalikan limbahnya, sehingga bocor ke lahan pertanian warga. * Andi Syahruddin

0 comments:

Post a Comment

Baca Juga ?

Social Icons