SMA
PGRI Butuhkan Bantuan Serius
Bima, Koran Investigasi
Potret
dunia pendidikan yang di dambakan bersama, ternyata tidak tercermin di Kec Sape,
yang nota bene bisa memajukan
daerah/negeri dan mencetak generasi penerus bangsa. Menurut Junaidin Spd, Fis, idealnya
negara harus turun tangan memfasilitasi lembaga pendidikan, termasuk fisik
bangunannya.
Demikian
pula peralatan yang berhubungan ilmu pengetahuan dan tehnologi , tentu saat
sekarang ini, sangat dibutuhkan para
anak didik sebagai alat pembelajaran.
Nah
untuk menghasilkan pemuda-pemudi berkualitas harapan bangsa, tentu seiring
dengan pembangunan sekolah, tidak terkecuali lembaga pendidikan swasta, seperti
halnya perhatian pemerintah pada pembangunan SMA PGRI Sape, sangatlah
diharapkan di masa yang akan dating, tidak hanya sebatas wacana dan janji saja.
Dari
pantauan Koran Investigasi belum lama ini, tidak di temukan adanya ruangan
perpustakaan, laboratorium, mushollah, serta lebih jauh lagi ruang kelas masih
jauh dari kurang, karena murid lebih banyak di banding kapasitas ruangan KBM.
Sementara
fasilitas ruangan belajar hanya tersedia 9 (sembilan) kelas, pihak
pengelola sekolah memberanikan diri, untuk
menyisihkan sedikit dana bos dan uang komite, dan terus berkerja keras beserta
pegawai/staf untuk melaksanakan pembangunan 24 tiang cakar ayam yang ukuran 40
cm x 40 cm, dengan tinggi 4 meter, yang menghabiskan biaya sekitar Rp 60 juta.
Rencana
pembangunan SMA PGRI dengan 2(dua) lantai ini, di perkirakan menelan biaya RP
800,000,000.- (delapan ratus juta), dalam bentuk swakelola, yang bersumber dari penyisihan dana sekolah.
Menurut
Junaidy, jika tidak ada hambatan diperkirakan akan selesai dalam 3(tiga) tahun
yang akan datang pada 2018 nanti, tentu dikerjakan secara bertahap, dan sedikit
demi sedikit karena keterbatasan dana.
Diakhir
tahun 2014 kemarin selama setahun menyelesaikan pembangunan pagar keliling
sekolah sudah rampung diselesaikan, papan nama sekolah, dan pintu gerbang
dengan anggaran lebih kurang RP 60,000,000,- (enam puluh juta), bersumber dari
penyisihan dari dana bos dan uang komite.
Dalam
pengelolan dana sekolah dana pembangunan, pihak sekolah selalu mengedepankan
transfaransi dalam keuangan, sifat kejujuran, kemandirian, keberanian dan
terobosan baru serta sikap bertanggung jawab demi untuk kemajuan sekolah.
Junaidin
Spd, Fis, Kepala SMA PGRI Sape menjelaskan Kamis pecan lalu di ruangan kerjanya,
bahwa dari keterbatasn dan kekurangan 5(lima) ruangan kelas, kita pihak sekolah
mengsiasati 2(dua) kali masuk dalam sehari, yaitu sistem Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) 2(dua) shif, pagi
dan sore. Idealnya belajar hanya 1(satu) shif di pagi hari, sementara pada sore
hari di pakai untuk belajar tambahan/ekstrakurikuler.
Ditambahkan,
inilah resiko yang harus dijalani bersama berkerja keras bersama guru dan staf,
demi kemajuan sekolah, masyarakat, bangsa dan Negara. “Sekaligus menjaga amanah
orang tua siswa/i, masyarakat dan pemerintah,” ungkap Junaidy.(Edi Mulyadin)
0 comments:
Post a Comment