Hj.
Robiatul Adawiyah,SE Reses Serap Aspirasi Di Bima
Bima,
Koran Investigasi
Anggota Dewan
Perwakilan Daerah (DPD) Hj. Robiatul Adawiyah,SE perwakilan daerah Propinsi NTB,
kembali reses dan memamfaatkan waktunya untuk turun ke masyarakat guna menyerap
aspirasi di daerah pemilihannya, Selasa, 04 Agustus 2015.
Di Aula kantor
Kecamatan Sape, salah satu rumah aspirasi yang digunakan untuk bertatap muka
langsung dengan ratusan masyarakat baik dari tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh
pendidikan, tidak ketinggalan kepala sekolah maupun guru-guru, dan Mahasiswa
Stisip yang kebetulan KKN di Kecamatan Sape.
Juga hadir dari penggiat
pemekaran Kabupaten Bima Timur, Danramil 1608 -03 Kecamatan Sape Kapten
Infantri Ahmad, perwakilan dari Bupati Bima
lewat Tata Pemerintahan Daerah Bima. Dalam reses DPD RI kali ini dipergunakan
untuk bertemu masyarakat dan menyerap segala bentuk aspirasi.
Raodatul Adawiah,SE terlihat ketika itu menjaga
kostituennya dengan menerima kemudian ditampung semua usulan dan keluhan
masyarakat Kecamatan Sape. Perjalanan dilanjutkan
ke Kecamatan Ambalawi Wera, setelah
kunjungannya di beberapa kecamatan di Kabupaten Bima, agendanya diteruskan di Kecamatan
Punda Kota Bima.
Dalam acara pertemuan
tersebut, sambutan diawali perwakilan
pemerintah Kecamatan Sape lewat Muhammad Akbar,SP MSi sekretaris kecamatan Sape,
dipaparkan bahwa di Kecamatan Sape ini adalah daerah yang banyak potensi atau
sumber daya alam yang kita harus dorong
untuk peningkatan dan kemajuannya seperti dibidang pertanian yaituti 1. Bawang
merah, jagung, kacang, kedelai, padi, dan segala macam tanaman sayur lainnya.
Di bidang perikanan dan
kelautan, ada ikan tuna, kakap, lobster, ikan terapung, dan juga ada sarang
burung wallet. Lebih lanjut, di Sape ini juga punya 3 pelabuhan; pelabuhan
fery, pelabuhan ikan, dan pelabuhan niaga. Untuk menunjang perekonomian di Kecamatan
Sape sudah ada 6 bank lengkap dengan ATM nya, di Kecamatan Sape juga sudah ada
3 pegadaian yang harus dikembangkan.
Sekcam juga menjelaskan
terkait dengan masalah bawang merah yang harganya anjlok ketika panen, maka ia berharap agar ada
pembangunan sumber daya alam di Kecamatan Sape ini. Seperti perusahaan yang
memproduksi langsung bawang merah dari petani, bukan lagi bawang yang dikirim
langsung ke luar daerah melainkan bawang hasil produksi dalam bentuk
kemasan bawang goreng.
“Saya ada dibagian
komite 1 DPD RI yang membidangi pertanahan, pemekaran dan penggabungan daerah,
pertanahan dan tata ruang, pemunkiman dan kependudukan, politik, hukum, Ham, dan
bidang desa,” beber Hj. Robiatul.
Menurutnya dari sekian
banyak pemekaran, hampir 80% daerah
pemekaran itu gagal. Lebih jauh, soal pemilikan lahan di NTB, dikatakan sudah ribuan hektar tanah dikuasai oleh pihak
asing. Untuk itu diharapkan kepada masyarakat jangan terobsesi dengan hal-hal
yang menggiurkan dan terkena rayuan pihak asing.
Ketika dikonfirmasi
awak Koran Investigasi dijelaskan bahwa pemekaran dan penggabungan daerah sekarang
sudah diperketat, hanya lewat satu pintu yaitu Mendagri. DPD sudah tidak bisa
lagi katanya. Ia tambahkan daerah yang masuk dalam UU DOB di Provinsi NTB, hanya ada 2 daerah yakni 1. Pemekaran Provinsi Pulau
Sumbawa (PPS) 2. Lombok Selatan.
Masih dalam pertemuan
tersebut, Jasmin A Malik, S.Pd, Ketua Tim Gabungan Komite Pemekaran Kabupaten
Bima Timur, tampil menjelaskan bahwa berkaitan dengan pemekaran Bima Timur
adalah harga mati, layak atau tidak layak, tidak ada lagi tawaran, katanya.
“Kalau itu, bukan
keinginan kita lagi, Lebih dari itu, adalah kebutuhan masyarakata yang didukung
oleh 72 desa di 7 Kecamatan yang masuk di wilayah Bima Timur,” tanggap Jasmin.
Lanjutnya, jadi pembangungan
Kantor Bupati Kabupaten Bima sudah harus dilaksanakan 2016, dan otomatis Kantor
Bupati Bima akan dipindahkan di Kecamatan Woha di Bima Barat Kabupaten Bima. Dan
yang menjadi pertanyaan bagi kita semua, adalah bagaimana nasib masyarakat di
wilayah Bima Timur yang jauhnya ratusan kilo meter dan harus melewati 1 daerah
kota yaitu Kota Bima? Komite gabungan menyampaikan kronologi perjalanan
pemekaran Bima Timur dari tahun 2010 sampai
sekarang belum terwujud katanya.
Menurut Robiatul, ia fokus
dengan isu pertanahan dan pemekaran penggabungan daerah sesuai dengan tupoksi
Komite 1 DPD RI, akan tetapi ia juga menyerap berbagai macam aspirasi keluhan
dari masyarakat selain dari bidang
Komite 1 seperti aspirasi masyarakat di bidang pertanian, perikanan dan
kelautan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat juga transportasi meskipun
itu Bidang Komite 2 DPD RI, tetapi itu tetap di koordinasikan terkait dengan
masalah – masalah tersebut.
Hj. Robiatul Adawiyah, SE
menjelaskan pada Koran Investigasi ini, semua permsalahan pada tingkat
kabupaten akan kita sampaikan langsung pada bupati, sedangkan berkaitan kebijakan di
provinsi akan disampaikan langsung pada gubernur.
Ia tambahkan, aspirasi masyarakat yang kita serap sekarang
akan kita urung rembuk bersama 4 orang anggota lainnya sebagai perwakilan
Provinsi NTB dan selanjutnya akan dibawa ke rapat paripurna DPD RI di Gedung
MPR nanti.
Di akhir acara
pertemuan, Hj. Robiatul Adawiyah, SE
memberikan bantuan berupa pelampung
untuk keamanan dan keselamatan nelayan secara simbolis di depan ratusan
masyarakat yang hadir di acara pertemuan tersebut. (Edy Mulyadin)
0 comments:
Post a Comment