Makassar,
Koran Investigasi
Jika pada musim penghujan tiba, halaman SD
Inpres Lanraki 1 banjir dan tergenang hingga 1,5 meter tingginya, membuat anak
sekolah tidak bisa bermain di pakarangan dengan waktu yang cukup panjang, bisa
sampai berbulan-bulan baru kering tanahnya. Soalnya, tanah yang terendam air
terus menerus, tentu akan becek dan berlumpur, sehingga jika diinjak, kaki akan
tertanam di lumpur, katanya.
Menurut Hj. Hawaidah B. SPd, MPd, Kepala
SDI Lanraki I, Komp Yonif 700 Raider, kalau musim hujan siswa terbatas ruang
geraknya, anak-anak lebih memilih jalan di Komplek bermain dari pada di teras
sekolah, sebab ia merasa tidak leluasa. Hawaidah mengakui jika anak didiknya dapat
mengganggu kendaraan dan orang untuk
melewati jalan itu.
Hj. Hawaidah B. SPd, MPd |
“Kami juga selalu apel setiap paginya di
jalan komplek, ketika anak-anak hendak
masuk ke kelas masing-masing. Saya selalu ingatkan, supaya mereka tidak bermain
di tempat becek. Tidak ada lagi tempat yang lebih baik, dari pada jalan itu,” ujar
Hawaidah menanggapi lokasi sekolah yang
dipimpinnya, tidak menjadi layak lagi pada saat memasuki musim hujan.
Hawaidah sendiri mengaku bingung memikirkan
jalan keluarnya, karena menurutnya, ini merupakan kebutuhan mendesak sekolah.
Sedangkan timbunan yang dipakai dari tanah atau sirtu atau semacamnya,
diperlukan berpuluh-puluh mobil bahkan bisa sampai seratusan truk. Katanya,
sudah dipastikan diperlukan dana besar untuk melakukan kegiatan meratakan halaman
sekolah dengan bahu jalan dan lantai sekolah, tingginya kurang lebih 150 cm.
“Sebenarnya, yang dihadapi sekolah ada 2
permasalahan, pertama halaman sekolah tempat bermain siswa, kemudian kedua
adalah, perpustakaan dengan perlengkapannya, sehingga buku-buku kelihatan
terhambur tidak tertata dengan baik,” jelasnya merinci kebutuhan mendesak SDN
Lanraki 1, Komp Yonif 700 Raider Tamalanrea. *Andi Syahruddin
0 comments:
Post a Comment