Sunday, 13 April 2014

Museum Airlangga Kurang Terurus

Kediri, Koran Investigasi

Maret 2014, sekitar 09.00 pagi  di Museum Airlangga terlihat guru-guru dan siswa-siswi  Taman Kanak-Kanak Nurul Huda sibuk ke sana kemari, mencari tempat. Di lokasi areal sumber inspirasi pengetahuan dan kebudayaan bagi anak-anak itu, biasanya beraktivitas dengan kegiatan olah raga pagi, pada setiap sekali seminggu. Rutinitas yang dilakukan katanya, di lokasi museum untuk sekaligus berkunjung ke dalam museum, guna menambah wawasan anak didik.”Biasanya kami datang pada pagi hari, sekali seminggu di sini untuk berolahraga, sambil ada pembelajaran ketika masuk ke museum,” ungkap Fitriah, salah satu guru kepada wartawan Koran Investigasi.




Menurutnya, memang lokasi sekolah dengan museum tidak terlalu begitu jauh, sehingga pertimbangannya kata pepatah, “sekali dayung  dua, tiga pulau terlampaui”, artinya berolahraga sambil memberikan wawasan keilmuan pada anak tunas bangsa, katanya. Ia berdalih, pendekatan pada sumber keilmuan sangat penting untuk anak-anak didiknya. Guru lebih cenderung memilih tempat ini untuk dijadikan lokasi olah raga, sambil bertamasya ke museum, atau kah pendekatan pada alam katanya.
Menurut guru Taman Kanak-Kanak Nurul Huda ini, memupuk wawasan terhadap anak didiknya dengan tema alat komunikasi, seperti mewarnai gambar, media peraga, dan pendekatan pada lingkungan sekitar, jauh lebih efektif di banding di dalam ruangan kelas.

Buktinya, mereka para generasi bangsa ini, sangat antusias mengiikuti pembelajaran yang selalu diberikan. Para murid-murid ini, biasanya  dibentuk dua kelompok belajar, untuk memudahkan mengawasi anak-anak.
Dari pantauan Koran Investigasi, ternyata beberapa faktor pendukung tidak memadai, dimana lantai luar tidak terurus, berdebu banyak pasir berserakan, sehingga memilih-milih tempat untuk duduk. Kemudian, sejak pertama datang di lokasi museum, tak satupun  pegawai tampak terlihat membuka pintu museum.

Koran Investigasi, berhasil memintai konfirmasi beberapa guru, dan mereka sangat mengeluhkan tentang fasilitas dan pelayanan museum yang tak terawat itu. Para pengunjung lainnya, juga menyuarakan hal senada. Intinya mereka sangat kecewa, terhadap pegawai museum serta instansi terkait yang ada di naungan lingkup museum.

Halnya, para wisatawan lokal juga berharap kepada pemerintah setempat, agar kedepan lebih memperhatiakan untuk melestarikan peninggalan sejarah bangsa. Bagaimana mungkin calon generasi penerus bisa memahami kalau museum, sumber kebudayaan tidak dibuka kepada khalayak ramai.

Meskipun mereka para orang tua/ wali murid kecewa dengan fasilitas yang tidak memadai, namun berharap dengan tema mewarnai gambar ini dapat membantu minat belajar dan menumbuh kembangkan bakat putra-putrinya. Seiring dengan itupula, kegiatan belajar-mengajar diluar  sekolah, kata salah satu orang tua, tentu untuk mengurangi rasa jenuh pada putra-putrinya, dan berharap pada pemerintah agar taman bermain ditambah dan diperluas serta diperbaiki  yang telah rusak.*didi wijayanto/ AS  

0 comments:

Post a Comment

Baca Juga ?

Social Icons