Kediri, Koran
Investigasi
Maret 2014,
sekitar 09.00 pagi di Museum Airlangga
terlihat guru-guru dan siswa-siswi Taman
Kanak-Kanak Nurul Huda sibuk ke sana kemari, mencari tempat. Di lokasi areal
sumber inspirasi pengetahuan dan kebudayaan bagi anak-anak itu, biasanya
beraktivitas dengan kegiatan olah raga pagi, pada setiap sekali seminggu. Rutinitas
yang dilakukan katanya, di lokasi museum untuk sekaligus berkunjung ke dalam
museum, guna menambah wawasan anak didik.”Biasanya kami datang pada pagi hari,
sekali seminggu di sini untuk berolahraga,
sambil ada pembelajaran ketika masuk ke museum,” ungkap Fitriah, salah satu
guru kepada wartawan Koran Investigasi.
Menurutnya,
memang lokasi sekolah dengan museum tidak terlalu begitu jauh, sehingga
pertimbangannya kata pepatah, “sekali dayung
dua, tiga pulau terlampaui”, artinya berolahraga sambil memberikan
wawasan keilmuan pada anak tunas bangsa, katanya. Ia berdalih, pendekatan pada
sumber keilmuan sangat penting untuk anak-anak didiknya. Guru lebih cenderung
memilih tempat ini untuk dijadikan lokasi olah raga, sambil bertamasya ke
museum, atau kah pendekatan pada alam katanya.
Menurut guru
Taman Kanak-Kanak Nurul Huda ini, memupuk wawasan terhadap anak didiknya dengan
tema alat komunikasi, seperti mewarnai gambar, media peraga, dan pendekatan
pada lingkungan sekitar, jauh lebih efektif di banding di dalam ruangan kelas.
Buktinya,
mereka para generasi bangsa ini, sangat antusias mengiikuti pembelajaran yang
selalu diberikan. Para murid-murid ini, biasanya dibentuk dua kelompok belajar, untuk
memudahkan mengawasi anak-anak.
Dari pantauan
Koran Investigasi, ternyata beberapa faktor pendukung tidak memadai, dimana
lantai luar tidak terurus, berdebu banyak pasir berserakan, sehingga
memilih-milih tempat untuk duduk. Kemudian, sejak pertama datang di lokasi
museum, tak satupun pegawai tampak
terlihat membuka pintu museum.
Koran
Investigasi, berhasil
memintai konfirmasi beberapa guru, dan mereka sangat mengeluhkan tentang
fasilitas dan pelayanan museum yang tak terawat itu. Para pengunjung lainnya, juga
menyuarakan hal senada. Intinya mereka sangat kecewa, terhadap pegawai museum
serta instansi terkait yang ada di naungan lingkup museum.
Halnya, para wisatawan
lokal juga berharap kepada pemerintah setempat, agar kedepan lebih
memperhatiakan untuk melestarikan peninggalan sejarah bangsa. Bagaimana mungkin
calon generasi penerus bisa memahami kalau museum, sumber kebudayaan tidak
dibuka kepada khalayak ramai.
Meskipun mereka para orang tua/ wali murid kecewa dengan
fasilitas yang tidak memadai, namun berharap dengan tema mewarnai gambar ini
dapat membantu minat belajar dan menumbuh kembangkan bakat putra-putrinya.
Seiring dengan itupula, kegiatan belajar-mengajar diluar sekolah, kata salah satu orang tua, tentu
untuk mengurangi rasa jenuh pada putra-putrinya, dan berharap pada pemerintah
agar taman bermain ditambah dan diperluas serta diperbaiki yang telah rusak.*didi wijayanto/ AS
0 comments:
Post a Comment