Film The Doll 2 Kurang Seram
Jakarta, Koran Investigasi
Sudah menjadi kebiasaan produser film, bila film produksinya raihan penontonnya meluber atau box office. Pasti dibuatkan sekuelnya, pun dengan Film 'The Doll 2' karena film perdananya yang dibintangi Shandy Aulia dan Denny Sumargo penontonnya mencapai 500.000 orang. Maka Hitmakers Studio sebagai rumah produksi, membuat sekuelnya.
Sudah menjadi kebiasaan produser film, bila film produksinya raihan penontonnya meluber atau box office. Pasti dibuatkan sekuelnya, pun dengan Film 'The Doll 2' karena film perdananya yang dibintangi Shandy Aulia dan Denny Sumargo penontonnya mencapai 500.000 orang. Maka Hitmakers Studio sebagai rumah produksi, membuat sekuelnya.
Film kedua
ini masih menceritakan keluarga yang mengalami teror dari boneka serta masih
ada pula tokoh Bu Laras (Sara Wijayanto) yang menjadi benang merah antara kedua.
Bedanya, jika di
'The Doll' mengisahkan tentang teror yang dialami keluarga Anya (Shandy Aulia)
dan Daniel (Denny Sumargo). Film keduanya bercerita tentang keluarga Meira
(Luna Maya) dan Aldo (Herjunot Ali).
Sutradara sekaligus produser dari film 'The Doll 2', Rocky Soraya, mengatakan film 'The Doll 2' memiliki cerita yang berbeda dari yang pertama. Sehingga jika tidak menonton yang pertama, masih dapat memahami menonton yang kedua.
Lantaran Rocky Soraya selaku sutradara dan sekaligus produser sudah merancang 'The Doll' menjadi trilogi. "Ya memang sengaja dibuat sekuelnya karena memang maunya bikin trilogi," ujar Rocky Soraya saat pemutaran perdana film 'The Doll 2' di Senayan, Jakarta Selatan, Jumat malam (14/7/2017).
Sutradara sekaligus produser dari film 'The Doll 2', Rocky Soraya, mengatakan film 'The Doll 2' memiliki cerita yang berbeda dari yang pertama. Sehingga jika tidak menonton yang pertama, masih dapat memahami menonton yang kedua.
Lantaran Rocky Soraya selaku sutradara dan sekaligus produser sudah merancang 'The Doll' menjadi trilogi. "Ya memang sengaja dibuat sekuelnya karena memang maunya bikin trilogi," ujar Rocky Soraya saat pemutaran perdana film 'The Doll 2' di Senayan, Jakarta Selatan, Jumat malam (14/7/2017).
Rocky mengatakan, ia ingin 'The Doll 2'
menjadi film yang lebih baik dibandingkan film pertamanya.
"Kesulitannya buat cerita yang lebih bagus dari 'The Doll' yang pertama, itu challange yang besar buat kami karena kalau nonton film sekuel pasti ekspektasinya filmnya lebih bagus ya dari yang pertama,"
"Kesulitannya buat cerita yang lebih bagus dari 'The Doll' yang pertama, itu challange yang besar buat kami karena kalau nonton film sekuel pasti ekspektasinya filmnya lebih bagus ya dari yang pertama,"
..Film ini bercerita tentang Maira (Luna Maya) dan Aldo
(Herjunot Ali) yang hidup bahagia bersama putri semata wayang mereka yang
bernama Kayla. Suatu hari Aldo dan Maira ingin pergi makan malam dan ingin
menitipkan Kayla di rumah orang tua Maira. Di perjalanan, mobil yang terlihat
mahal milik Aldo remnya blong, Aldo lupa menarik rem tangan sehingga menerobos
lampu merah dan mobil mereka tertabrak bus. Kayla tewas.
Sembilan bulan kemudian, Maira masih terbayang
tragedi yang merenggut putrinya. Atas saran Elsa (Maria Sabta), sahabat Maira
yang muncul tiba-tiba, Maira mencoba berkomunikasi dengan arwah Kayla
menggunakan medium boneka Sabrina dan lagu Lingsir Wengi. Sebelumnya mereka
sempat mencari tahu terlebih dahulu tentang prosesi memanggil arwah entah dari
situs apa.
.Setelah itu teror dimulai. Hingga akhirnya Maira meminta
bantuan Bu Laras (Sara Wijayanto), seorang paranormal yang pernah mengatasi
kasus serupa.
Sepertinya film ini tidak menganut drama
turkidalam film yaitu, "Show, don’t tell". Karena sebagian besar,
plot cerita, pikiran karakter, latar belakang karakter diceritakan dengan cara
verbal.
Tapi perlu diakui bahwa special effect dalam
film ini lumayan baik, walaupun kadang terasa penggunaaan special efect hanya
untuk pamer saja, tidak melayani kebutuhan cerita.
Cara menyajikan keseraman kepada penonton. film ini hanya
mengandalkan jump scare atau mengagetkan penonton secara tiba-tiba. Rasa ketakutan
tidak dibangun seperti film horor Suzana di era 90 an.
Akting para pemainnya juga biasa-biasa untuk sekelas
Harjunot Ali dan Luna Maya. Sehingga situasi menyeramkan yang dialami para
karakter tidak bisa merasuk ke penonton.
Yang mengganjal benak penulis boneka hantu Sabrina yang
wajahnya seram dalam film ini adalah kado ulang tahun dari Maira untuk Kayla.
Pertanyaan muncul, Apa yang ada dibenak Maira sehingga dia memilih sebuah
boneka berwajah seram untuk kado ulang tahun putrinya? Kenapa dia tidak belikan
saja boneka yang wujudnya lebih child friendly seperti boneka kelinci,
sapi, kucing atau Bratz Doll?
Mungkin boneka itu dipilih untuk kepentingan cerita
agar lebih seram. Kurang horor rasanya kalau boneka, apalagi yang bisa dimainkan
cuma matanya.
Yang menyeramkan justru sikap lembaga sensor film
yang terlalu longgar, adegan saling tikam dengan pisau berlumuran darah tetap
lolos. Darah berceceran dimana-mana juga dibiarkan menghiasi film. (Buyil)
0 comments:
Post a Comment