TWA
Lejja Minim Fasilitas
Soppeng,
Koran Investigasi
Taman Wisata Alam Lejja, Desa Bulue, Kec.
Marioriawa, Soppeng cukup dikenal luas masyarakat di Sulawesi Selatan, bahkan
warga di luar Pulau Sulawesi pun tampak satu-satu orang meramaikan permandian
air panas, yang konon dapat menyembuhkan penyakit kulit dan gatal-gatal.
Sayangnya TWA Lejja yang memiliki potensi ekonomi
tidak digarap serius oleh Pemkab Kab. Soppeng. Di sana-sini fasilitas destinasi
alam ini rusak sehingga pengunjung kurang nyaman berekreasi bersama keluarga.
Mulai kolam
pemandian, shelter, pemondokan, baruga, kamar mandi, pusat pembelanjaan tidak
teratur.
Lihat saja ketika berada di Jalan Poros
Sidrap-Soppeng tidak ada penunjukkan
arah dimana lokasi tempat wisata fenomenal itu, karena papan bicara yang tidak layak
dipajang, sehingga pengunjung terkadang nyasar ke tempat permandian air panas
tersebut.
Belum lagi infrastruktur jalan menuju Destinasi
Lejja sepanjang kurang lebih 30 km dari jalan poros rusak, demikian pula dengan
kolam permandian di dalam sudah bertahun-tahun tidak diperbaiki. Menurut
petugas di TWA Lejja, fiber yang dipakai sebelumnya tidak tahan air panas
sehingga melepuh.
“Sudah dipesan fiber yang tahan panas, tinggal
ditungguh. Saya tidak tau kapan sampainya,” ungkap salah satu petugas penjaga
di kamar ganti pakaian, kamar mandi sambil mengatakan sudah lebih satu tahun
dipesan, namun belum muncul-muncul.
Soal kebersihan lingkungan permandian, tidak bisa
diungkap di sini, soalnya terlalu norak dan jorok, sampah plastik, bekas dari
minuman dan makanan pengunjung terlihat berserakan di lokasi wahana permandian Lejja. Terkesan tidak
terurus, dan tidak ada perhatian dari Pemkab Soppeng.
“Pada hari minggu ini, sedikit yang datang, entah kenapa
berkurang? Padahal sebelum-selumnya berjubel yang masuk, berdesak-desakan
pengunjung,” jelas Anto merasa bingung melihat tamu destinasi Lejja yang terus
berkurang yang juga wartawan media ini, Biro Soppeng(15/5).
Sekedar
ditahu, Kawasan Lejja berstatus hukum penunjukkan berdasarkan SK. Menhut No.
636/Kpts-II/1996 tanggal 7 Oktober 1996 seluas 1.265 ha. Ketinggian
antara 239 – 398 m dari permukaan laut dengan Keadaan sumber air dijumpai
aliran sungai Mario dan aliran air bawah tanah. Sumber air panas dialirkan ke
kolam pemandian serta bak penampungan dengan kedalaman yang bervariasi.
|
Potensi Flora : Kenanga(Cananga odonata), Kemiri (Aleuritas moluccana), Mangga
(Mangifera indica), Ketapang (Terminalia
catampa), Enau (Arenga spp.) Angsana (Pterocarpus indicus), Kayu Hitam (Dyospiros celebica), Rotan (Calamus spp.), Orchidaceae (anggrek),
Ara (Ficus sp)
Potensi
Fauna : Kera Hitam (Macaca maura),
Rusa (Cervus timorensis), Babi
Hutan (Sus vitatus), Rangkong (Rhyticeros cassidix), Musang (Felis bengalensis), Kadal (Maboya sp.) Ular Sawah (Phyton reticulatus) Kuskus (Phalanger ursinus), Raja Udang (Halcyon chloris), Ayam Hutan (Gallus gallus), Elang Sulawesi (Spizatus lanceolatus).
Terpisah, saat bertandang ke kediaman Drs. Samsu Niang, M.Pd, Anggota
Komisi VIII DPR RI dari Fraksi PDI Perjuangan, yang juga masuk dapil III
termasuk Soppeng mengatakan bahwa pembangunan TWA Lejja terkendala dengan
perizinan dari Kementerian Kehutanan.”Mestinya sudah dibangun infrastrukturnya,
namun harus menunggu dari izin kehutanan, yang sudah diproses,” ungkap Samsu
Niang dengan jelas, yang juga tokoh pendidikan nasional. (Abd. Hamid)
0 comments:
Post a Comment