Ayo
Bela Para Pejuang Swasembada Pangan
Jawa
Timur, Koran Investigasi
Bisa saja pemerintah pusat mencanangkan swasembada
pangan khususnya produksi beras, namun apakah program berjalan efektif atau
tidak? Mengingat pada beberapa sumbangan mesin pertanian dari Presiden Jokowi di
panen raya sejumlah daerah terkendala.
Dari pantauan beberapa daerah, pejuang swasembada
pangan ini disulitkan mahalnya
harga sewa mesin pemanen padi, menjelang musim panen tiba, dengan besaran
Rp.450.000,- (empat ratus lima puluh ribu rupiah) atau sekitar 1(satu) kuintal gabah
dalam setiap petak sawah.
Sebelumnya, para penggarap dibenturkan harga pupuk tinggi, karena kelangkaan
dan permainan dari agen pupuk bersubsidi. Akibatnya hasil panen kurang maksimal
dan gabah yang dihasilkan tidak berkualitas.
"Memang harga pupuk mulai tak terjangkau ketika setelah musim tanam, biasanya harga perjenisnya terus melonjak. Antaranya pupuk merk Poska, Urea, TSP dan obat-obat pemberantas hama," Keluh Much, salah seorang petani di Desa Kebon Agung Kecamatan Balerejo kepada Wartawan Koran Investigasi (15/3).
Much menambahkan, biasanya beberapa tahun belakangan ini ada penyuluhan pertanian di balai desa, tapi musim tanam saat ini nyaris tidak ada lagi katanya. Untuk itu, pihak dari petani sangat berharap kepada pemerintah diaktifkan lagi, dan benar-benar mereka mau terjun langsung turun ke sawah membimbing para petani.
Bayangkan saja periode ini katanya , disetiap petak sawah nampak terserang hama mulai dari batang pohon yang telah berbuah. Ironisnya lagi, obat-obatan pemberantasan hama tersebut, ternyata sulit didapat di pasaran. Sementara pemerintah daerah Jawa timur tidak memberikan solusinya, dengan menurunkan penyuluhnya. Didi Wj/ Andi Syahruddin
"Memang harga pupuk mulai tak terjangkau ketika setelah musim tanam, biasanya harga perjenisnya terus melonjak. Antaranya pupuk merk Poska, Urea, TSP dan obat-obat pemberantas hama," Keluh Much, salah seorang petani di Desa Kebon Agung Kecamatan Balerejo kepada Wartawan Koran Investigasi (15/3).
Much menambahkan, biasanya beberapa tahun belakangan ini ada penyuluhan pertanian di balai desa, tapi musim tanam saat ini nyaris tidak ada lagi katanya. Untuk itu, pihak dari petani sangat berharap kepada pemerintah diaktifkan lagi, dan benar-benar mereka mau terjun langsung turun ke sawah membimbing para petani.
Bayangkan saja periode ini katanya , disetiap petak sawah nampak terserang hama mulai dari batang pohon yang telah berbuah. Ironisnya lagi, obat-obatan pemberantasan hama tersebut, ternyata sulit didapat di pasaran. Sementara pemerintah daerah Jawa timur tidak memberikan solusinya, dengan menurunkan penyuluhnya. Didi Wj/ Andi Syahruddin
0 comments:
Post a Comment