Wakil Bupati
Kulon Progo Sutedjo saat menerima kunjungan rombongan Forum wartawan
kementerian Pariwisata di ruang serbaguna Pemda Kulonprogo
|
Persingkat Jarak Borobudur Kulon
Progo Belah Bukit Menoreh
Kulon Progo, Koran Investigasi
Pemasukan negara dan daerah dari sektor wisata banar-benar
digenjot oleh pemerintah. Terbukti pembangunan infrastruktur penunjang terus
digenjot. Dan pembangunan bandara baru New Yogyakarta Internasional Airport
(NYIA) yang memudahkan wisatawan yang mau berkunjung ke Borobudur, pemerintah
Kabupaten Kulon Progo juga membangun jalan yang menghubungkan Borobudur dengan
cara membelah Bukit Manoreh. "Saat ini kami sedang membangun
infrastruktur vital dengan pembangunan jalan dari Kulon Progo menuju Borobudur
dengan cara membelah Bukit Manoreh," kata Wakil Bupati Kulon Progo Sutedjo
saat menerima Presstour Forum Wartawan Pariwisata (Forwapar) di Wates, Jumat
(3/11).
Sutedjo menambahkan pembangunan jalan dengan membelah
Bukit Manoreh sepanjang 65 km sudah mulai dikerjakan sejak tahun 2016. Hingga
saat ini pembangunan jalan ini baru sekitar 9 km dan diperkirakan selesai pada
tahun 2022 mendatang. "Pembangunanya sudah mulai tahun 2016 dan hanya
terealisasi 6 km dan pada tahun 2017 baru selesai 3 km, dan kami targetkan
tahun 2022 baru selesai," tegasnya.
Sebenarnya, tambah Sutedjo, selama ini sudah ada jalan
yang bisa menghubungkan Kulon Progo dengan Borobudur, namun kondisi jalan
tersebut masih relatif kecil. Namun pemda ingin melebarkan jalan dan membangun
jembatan serta membuat jalan baru sehingga mempermudah dan memperlancar arus
lalu lintas dari dan ke Borobudur.
Soal pembebasan lahan sepanjang pembangunan jalan yang
membelah Bukit Manoreh ini, Sutedjo mengatakan, hingga saat ini tidak ada
masalah dalam pembebasan lahan pembangunan jalan ini. Karena masyarakat
sangat antusias ingin memiliki jalan yang lebar, mereka tidak mempermasalahkan
uang ganti rugi sudah ada atau belum. Apalagi harga ganti rugi lahan juga
sangat tinggi bahkan tiga kali lipat dari harga yang ada.
Harga tanah di sekitar pembangunan jalan ini antara
Rp 150 ribu hingga 200 ribu namun ganti rugi yang diberikan harga tanahnya
menjadi Rp 800 ribu hingga 900 ribu per meter.
"Kalau
masalah pembebasan lahan pembangunan jalan pembelahan Bukit Manoreh tidak ada
masalah, walau dana ganti rugi belum cair. Masyarakat ingin punya jalan baru
dan mereka terus mendorong Pemda untuk mempercepat pembangunan jalan
tersebut," tegasnya.
Menyinggung tentang pembangunan Bandara NYIA,
Sutedjo mengatakan, untuk pembangunan bandara baru yang dilakukan pemerintah
pusat dan Angkasa Pura I ini diharapkan selesai tahun 2019.
"Ditargetkan
bandara Kulon Progo ini tahun 2019 sudah bisa beroperasi," tegasnya.
Sementara masalah pembebasan tahan bandara NYIA
ini, Sutedjo mengatakan, untuk pembebasan lahan dinyatakan selesai, walaupun
ada beberapa masyarakat yang masih menolak. Pasalnya telah dilakukan
konsolidasi dan uang gantinya sudah diserahkan ke pengadilan. Nantinya akan
dilakukan pemerintah upaya hukum dengan pemilik lahan bila tetap tidak bersedia
maka setelah di pengadilan selesai maka tanah tersebut akan menjadi miliki
negara. "Secara umum masalah pembebasan tanah sudah dianggap selesai, walaupun
ada beberapa yang masih menolak namun uangnya sudah dititipkan di
pengadilan," tegasnya.
Sutedjo menambahkan, dana yang disediakan
pemerintah untuk ganti rugi lahan untuk pembangunan bandara ini sebesar Rp 4
triliun.
Sementara untuk masalah relokasi
masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan bandara ini, juga dianggap
selesai. "Untuk relokasi masyarakat tidak masalah, dan sedang proses, dan
untuk masalah ini dianggap selesai," tegasnya.
Sementara itu Kadispar Kulon Progo, Krissutanso
mengatakan, dampak wisatawan ke Kulon Progo dari pembangunan bandara dan
pembangunan jalan membelah Bukit Menoreh adalah peningkatan jumlah wisatawan.
Pada tahun 2016 lalu jumlah wisatawan ke Kulon Progo sebanyak 110 ribu orang.
Namun pada tahun 2017 ini diperkirakan meningkat hingga 300 ribu orang. Serta
pada tahun 2018 diperkirakan akan mencapai 400 ribu orang. "Kami
memperkirakan jumlah wisatawan terus bertambah, walau tidak banyak, karena dua
pantai kami kena dampak pembangunan bandara, kami hanya berani memperkirakan
peningkatan wisatawannya sekitar 100 ribu per tahun," tegasnya.
Menurut Krissusanto, di Kulon Progo ada sekitar 40
destinasi yang bisa dikunjungi oleh wisatawan, seperti Nglliggo, Waduk Sermo,
Kalibiru, Sidoharjko, Purwosari, Banjarsari, Banjarroya, Jatimulyo, Sidorejo,
Purwaharjo.
Namun Krissusanto mengakui, masalah yang dialami di
semua destinasi ini adalah masalah sumber daya manusia (SDM), karena kurangnya
memadai, terutama untuk masalah bahasa. Sementara untuk fasilitas, untuk
beberapa destinasi sudah tersedia sekitar 220 homestay.
Untuk pengembangan homestasy ini ada 4 hotel
besar telah melakukan pembinaan dan bekerjasama dengan pengelola homestay untuk
menampung wisatawan yang ingin ke Kulon Progo. "Memang SDM kami masih
kurang dalam pelayanan untuk wisatawan, namun saat ini ada 4 hotel besar telah
melakukan pembinaan dalam pengelolaan dan pengembangan homestay serta
telah bekerja sama untuk menampung wisatawan yang ingin melakukan kunjungan ke
Kulon Progo," paparnya. (Tebe)
0 comments:
Post a Comment